Monday, May 30, 2011

Mereka Ada tapi seperti Tak Ada

Apa fungsi mata kita jika tidak untuk melihat? Apa fungsi telinga kita jika tidak untuk mendengar? Apa fungsi hati nurani kita jika tidak untuk merasakan sesuatau yang kita rasakn dan orang sekitar kita rasakan?

Saya bertanya seperti ini, karan rasa mersa indra mata, telinga dan hati saya sudah mulai tidak berfungsi dengan baik.  Telinga saya, saya tutupi dengan kotoran telinga yang tebal sehingga tidak mendengar nyanyian suara paruh dari bapak pengamen yang sering mengamen di depan pagar kost saya. Mata saya, saya penjamkan rapat-rapat sehingga tidak mau menengok jualan apa yang dijajakan oleh seorang ibu yang berkeliling dengan bakul dipunggungnya. Hati nurani saya terlalu takur untuk merasa berempati dengan memberi uang receh seadanya atau mebeli sebungkus jualan yang dijajakan ibu itu.

Gelisah, gundah gulana putra petir saya memikirkan kan hal ini. Ya! Hari ini saya merasakan semua ketidakberesan semua indra-indra saya itu. Tapi otak saya yang terlalu overload menyimpan semua data kesenangan dan kegembiraan hangout dengan teman-teman saya, menghalangi  kaki saya untuk sekedar berjalan menyulurkan tangan dan membuka pintu gerbang untuk memberi uang pada bapak pengamen dan menengok jualan ibu penjual.

“mungkin Mama kurang sedekah kali yah” begitu kata Mama ketika saya mengalami runtutan kecelakaan –bisa dibilang begitu, tapi tidak parah- bulan desember 2010. Saya mengalami 3 kali kejadian yang membuat tanda-tanda eksentrik ditubuh saya. Luka panas knalpot motor, luka menghantam kaca –tidak sengaja, dan diserempet motor. Sudah lupakan, sudah lalu itu.

Yang saya pikirkan sekarang, apakah jika saya menganggap mereka tidak ada padahal ada, kejadian-kejadian yang pernah saya alami akan terulang lagi?atau menjadi semakin parah? Saya tidak berani berspekulasi karna itu rencana Tuhan. Tuhan lah yang akan menjawab semua pertanyaan saya nanti. Tugas saya sekarang adalah mengembalikan fungsi indra-indra saya itu seperti semula. Saya tidak ingin seperti ni terus, tersiksa rasanya (biarlah sedikit lebay).

Sempat saya berfikir tentang nasib. Ya! Nasib memang ditangan Tuhan tapi kita lah penentu nasib kita sendiri. Mungkin Bapak pengamen dan Ibu penjual itu sedang berusaha merubah nasibnya menjadi lebih baik. Mereka sadar ada perkerjaan lain yang lebih baik daripada pengemis dipasar atau pinggir jalan. Tapi indra-indra saya tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga saya tidak bisa membantu BBapak pengamen dan Ibu penjual itu.

Mungkin terlalu melankolis atau melebih-lebihkan. Saya rasa tidak, mereka perlu dibantu, kenapa kita tidak membantu. Bukannya tidak mau membantu, tapi indra-indra kita saja yang sudah mulai tidak berfungsi dengan baik!

Selasa, 25 Mei 2011

No comments:

Post a Comment