Sunday, May 22, 2011

Manjali dan Cakrabiwara

Lagi kerajingan baca buku, ya walau lebih banyak buku-buku fiksi. Atas referensi salah satu teman, Saya meminjam buku ini, recommended katanya. Saya pun membuktikannya sendiri,  sangat bagus dan menyingkap suatu kenyataan dari sebuah sejarah yang ternyata bisa menjadi menarik dan membuat penasaran diri sehingga membuat saya rela duduk 3 jam di sebuah cafĂ© untuk menghabiskan buku ini.

"" …Marja membual bahwa baginya yang penting cowok itu enak diajak ngomong dan perutnya sixpack.
Sumi, banci salon favoritnya, menjawab. “Ike juga mau, dong, cowok yang begitu. Kayak apa sich pacar baru kamu?”
Lalu Marja memperlihatkan foto Parang Jati bertelanjang dada. Sumi menjerit, “Aih! Cakrabirawa! Bikin Ike jadi gerwani!”
Maksudnya, aih, cakep banget, bikin aku jadi gregetan…
Marja adalah gadis Jakarta. Kekasihnya menitipkan ia berlibur pada sahabatnya, Parang Jati. Mereka menjelajahi alam pedesaan Jawa serta candi-candi di sana, dan perlahan tapi pasti Marja jatuh cinta pasa sahabarnya sendiri. Parang Jati membuka matanya ajan rahasia yang terkubur di balik hutan: kisah cinta sedih dan hantu-hantu dalam sejarah negeri ini. Di antaranya, hantu Cakrabirawa.  "

Yup! Buku ini bisa dibilang Roman Misteri. Karangan Ayu Utami dari rangkaian Roman Seri Bilangan Fu. Seri Bilangan Fu adalah seri novel dengan tokoh utama Marja, si gadis kota yang ringan hati, dan dua pemuda, Yuda dan Parang Jati. Ketiganya adalah karakter utama novel besar Bilangan Fu.  Jika Bilangan Fu lebih filosofis, seri roman ini lebih merupakan petualangan memecahkan teka-teki. Teka-teki itu berhubungan dengan sejarah dan budaya Nusantara, sehingga novel ringan ini membawa pembacanya mengenal kembali khazanah tersebut. 

Awalnya penasaran juga, karna recommended dan saya yakin apabila direcomended oleh teman saya ini pasti bagus. Bukan beli novelnya tapi cuma pinjem direntalan buku. Bukan tak ada niat mensupport karya-karya milik anak negeri, tapi sedang tidak ada dana. Selesai baca buku ini, saya tertarik dengan Seri Bilangan Fu walau belum tentu saya akan membelinya, hehehe.

Seperti referensi yang sudah ada diatas. Novel ini bercerita tentang petualangan memecahkan teka-teki yang berhubungan dengan sejarah dan budaya Nusantara. Sejarah itu adalah yang lebih dikenal dengan sebutan G 30 S PKI (Gerakan 30 September) dan budaya Nusantara itu adalah cerita bangunan candi yang baru ditemukan berikut dengan cerita bangunan-bangunan candi di Jawa Timur yang masing asing dimata dan ditelinga saya ketika membaca dan menggumamkannya. 

Memang sedikit sekali novel yang mengangkat cerita-cerita murni milik negara kita ini. Entah karena tidak tahu asal-usulnya, malas membahasnya karna terlalu lampau, takut tidak terlalu menjual atau karna tidak peduli. Saya tidak berani memastikannya karna semua itu hak masing-masing orang. Yang saya dapat pastikan, melalu novel ini, ternyata sejarah dan budaya Nusantara tidak terlalu buruk dan jadul untuk dipelajari di zaman sekarang. Mungkin sedikit asing dan aneh mendengar nama-nama peristiwa atau tempat-tempat bersejarah disebutkan, tapi percaya lah, dengan sedikit membuka pikiran ada sebuah hal yang menarik yang akan kamu rasakan nantinya. Ya, menarik, kata itu lebih tepat untuk menggambarkan dari sebuah sejarah. 

Terpintas kata-kata, “pemuda-pemudi sekarang adalah tonggak Negara” ; “anak muda di suatu Negara akan menggambarkan masa depan Negara tersebut”. Tapi apakah bisa dengan anak muda atau pemuda-pemudi yang sedang terlindas teknologi dan sifat komsumtif tanpa mau mengenal sejarah dan budaya nusantara negerinya sendiri dapat menentukan nasib bangsa atau negaranya di masa depan? Apa yang tergambar dengan keadaan pada pertanyaan diatas pada Negara atau bangsa tersebut pada benak kamu sekarang?
Ya ini hanya lintasan pikiran saya karna pengaruh novel itu. Saya tidak mengerutukannya sebagai hal yang jelek, tapi saya mensyukurinya. Ada hasrat dan niat untuk mengenal lebih baik negeri saya sendiri, negeri dimana saya dilahirkan, tempat orang tua saya membesarkan saya sampai saya bisa menulis note ini. Sehingga nantinya ketika saya mempunyai kesempatan bermain ke negeri orang lain, saya akan dengan antusias dan bangga menceritakan sisi baik dan keindahan negeri tempatsaya tinggal.

Walau baru niat, setidaknya novel ini dapat mengingatkan saya untuk sesekali menilik dan mengorek cerita-cerita perjuangan atau kelam tentang negeri ini dahulu kala. Novel ini telah masuk dalam folder diotak saya, yang saya beri nama novel recommended yang pernah saya baca. Dan kamu perlu tahu, folder itu sulit di hapus dari otak saya, percayalah.

Tak ada salahnya, memang tak salah, untuk mengunjungi suatu tempat bersejarah dengan tujuan wisata tanpa ada hasrat ingin mengetahui lebih dalam sejarah atau ceria dibalik adanya tempat wisata sejarah itu. Memang semua cerita tidak bisa diceritakan karna beberapa orang memang tidak bisa atau bahkan tidak peduli dengan cerita dibalik temapt bersejarah itu, tapi saya katakana lagi, buka pikiran kamu sedikit, maka akan ada kata-kata "menarik" terlontar dari mulut kamu.

Sudahlah cukup saya berkomentar tentang mengajak kamu untuk mengetahui sedikit sejarah atau cerita budaya Nusantara negeri ini di zaman serba “sentuh” ini. Yup! Hanya dengan “menyentuh” semua informasi apa pun akan dapat diakses tanpa harus jauh-jauh dan membebani diri datang ke tempat bersejarah seperti museum atau candi-candi seperti novel diatas. Maka tak heran, sering kali ketika datang ke museum atau tempat bersejarah lainnya, jari pun masih cukup menghitung orang yang berada disana. Mungkin lewat novel ini, kamu tidak perlu repot juga datang ke candi-candi yang ada di Jawa TImur karna di novel ini akan memceritakannya nanti. Tapi percayalah, saya katakan lagi, lebih menarik untuk datang dan menyaksikan langsung bagaimana candi-candi itu menjadi saksi bisu dari sebuah zaman yang tidak pernah kita bayangkan dari kita lahir sampai kembali ke asal kita.

Recomende sangat! Kamu harus baca! Don’t miss it!
Selamat membaca. Mari mengenal lebih dalam negeri ini dan kamu akan merasakan ketertarikan itu.

No comments:

Post a Comment